Ditulis oleh: Subkhan Fathoni, SE Faskel Ekonomi Tim 13 Kota Semarang OC 5 Prov. Jateng PNPM Mandiri Perkotaan | |
Produk KSM: Arem-arem, Martabak, Nogosari, Roll Pisang, Mendut (sejenis Kweku), Sosis Ayam, Apem Pasung, Resoles | Silakan hubungi: Ibu Katinem HP. 081326743601 RT 02 RW I Kelurahan Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang |
Lazimnya dalam pertemuan dengan UPK, yang dibicarakan tidak lepas dengan persoalan keuangan dan perkembangan perguliran ekonomi. Saat itu memang kediamannya ramai orang, maklum suami Ibu Daryani, selain seorang PNS juga memiliki usaha jual beli motor bekas. Dan, tamu-tamunya, selain saya dan rekan, adalah para calon pembeli motornya.
Lumrahnya, setiap ada tamu, pastilah tuan rumah menyediakan suguhan berupa makanan ringan dan air minum. Saya pun mencoba mencicip makanan berwujud bundar dan panjang, yaitu arem-arem. Enak sekali rasanya, membuat saya merasa tidak cukup makan satu buah saja. Apalagi, sang tuan rumah memang ramah dan senang bila banyak yang menyukai suguhannya.
“Bikin sendiri, ya, Bu?” iseng saya bertanya.
“Oh, tidak. Itu saya pesan di tetangga. Kebetulan pembuatnya pinjam di UPK,” sahut Bu Daryani.
“Sudah lama usahanya, Bu?” penasaran saya.
“Ya lumayan lama, tapi masih kecil,” jawab Bu Daryani
“Boleh tidak, kalau saya dipertemukan dengan beliau. Saya ingin ngobrol-ngobrol sedikit. Siapa tahu ada manfaatnya,” saya meminta.
“Oh, siap kalau begitu. Saya malah senang bisa mengajak Fasilitator berkunjung ke KSM,” ujarnya, dengan raut wajah berseri-seri.
Akhirnya kami bertiga sepakat berkunjung ke rumah pembuat arem-arem. Lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah Ibu Daryani, hanya sekira 50 meter.
Rumah itu tergolong sederhana, mencerminkan kondisi pemiliknya. Terasnya kecil dan atapnya rendah. Cat rumah bagian luar sudah kusam dan terkesan kurang terawat. Mungkin pemiliknya tidak berpikir untuk menghiasnya. Ya, barangkali karena uangnya lebih baik digunakan untuk makan sehari-hari.
Kebetulan si empunya rumah, Bapak Priyono (52 tahun), dan istrinya, Ibu Katinem (47 tahun) sedang berada di rumah, lengkap ditemani kedua cucunya.
Kami mengucapkan salam. Sang tuan rumah dengan tergopoh-gopoh mempersilakan kami masuk. Sekilas terpancar dari raut mukanya bahwa kedatangan kami mengejutkan, sekaligus menggembirakan.
Di dalam, terdapat foto-foto anak-anak yang sudah usang. Mungkin itu adalah foto anaknya ketika masih kecil.
Saya menyampaikan maksud kedatangan kami, dilanjutkan dengan bertanya-tanya soal keseharian, hingga usahanya. Pak Priyono bercerita, dulu ia adalah seorang kondektur bis Karya Jaya jurusan Semarang – Bali – Lombok, dari tahun 1991 hingga tahun 2006. Karena sakit-sakitan, maka Pak Priyono terpaksa berhenti.
Tentunya dampak dari berhenti bekerja, keadaan ekonomi Pak Priyono menurun drastis. Apalagi ia masih harus menghidupi dua anak perempuan yang sudah besar. Istrinya sebenarnya bisa menanggung sementara ekonomi keluarga, tetapi beliau bekerja sebagai juru masak di sebuah usaha katering yang tidak besar, dan hanya sesekali diminta membantu sebagai tukang masak jika ada yang mempunyai hajatan. Maka, hasilnya pun masih jauh dari cukup.
Jika hanya mengandalkan dari bekerja sebagai tukang masak, pasti tidak cukup. Berbekal keahlian memasak itulah Ibu Katinem mencoba membuat makanan-makanan, yang biasanya untuk hajatan dan katering, dibuat sendiri di rumah untuk dijual ke warung-warung sekitar rumah.
Dengan modal awal Rp400.000, Ibu Katinem bisa meraih keuntungan rata-rata Rp50.000 per hari.
Jenis makanan yang dibuat meliputi:
- Arem-arem
- Martabak
- Nogosari
- Roll Pisang
- Mendut (sejenis Kweku)
- Sosis Ayam
- Apem Pisang
- Resoles
Pada November 2010, Ibu Katinem mencoba mengajukan pinjaman kepada UPK BKM Mijen Sejahtera untuk menambah modal, guna mencukupi pesanan yang semakin banyak, serta menambah daerah pemasaran.
Saat ini jangkauan pemasaran sudah meluas hingga keluar Kecamatan Mijen, antara lain, Kawasan Pabrik di Karanganyar, Kecamatan Tugu dan Galunggung, Kecamatan Ngaliyan.
Nenek dari tiga orang cucu ini bergabung dengan KSM Nusa Indah XIII, dan mendapat pinjaman Rp500.000, dengan angsuran 10 bulan dan jasa 1,5%.
Saat ini angsurannya sudah menginjak bulan ke-7, dan tinggal 3 bulan lagi. Rencananya, setelah lunas ia akan mengajukan kembali dan berharap bisa memperoleh penambahan pinjaman. Saat ini keuntungan yang diraih rata-rata Rp75.000 per hari.
Selain dijual ke warung dan kawasan pabrik, Ibu Katinem melayani pesanan untuk berbagai kegiatan, semisal sunatan, pernikahan, pengajian, rapat dan sebagainya.
Kisah ini semakin membuktikan bahwa kaum perempuan mampu mengambil alih peran kaum laki-laki jika diberi kesempatan. Cerita Ibu Katinem, yang akhirnya menjadi tulang punggung keluarga ketika sang suami sudah tidak mampu lagi bekerja, menambah deretan perjuangan kaum perempuan demi keberlangsungan kehidupan keluarga.
Bagi pembaca yang berminat memesan makanan kecil made in Ibu Katinem, silakan hubungi nomor telepon 081326743601. Atau, bagi yang dekat lokasinya, silakan datang langsung ke rumahnya, di RT 02 RW I Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. (Sumber: Tim 13 Kota Semarang)