Pages

 

DIALOG FRAGMEN KESEJARAHAN MENAK SOPAL TOKOH SEJARAH BABAT KOTA TRENGGALEK

MINAK GOMBAL

PNPM MP Trenggalek - Suasana kota Trenggalek tempo dulu sangatlah memprihatinkan, sebab banyak yang sangat menderita, karena kekurangan air untuk mengairi sawah dan ladangnya. Oleh sebab itu maka Bupati Trenggalek pads waktu itu mengadakan musyawarah dengan para penduduk yang intinya secara bersama-sama dan bahu membahu membuat Sudatan Air / DAM / Kedung yang fungsinya dapat mengairi sawah-sawah di Trenggalek, namun pekerjaan tersebut tidaklah semudah seperti apa yang direncanakan sebelumnya. Apabila Kedung/DAM yang dibuat siang hari sudah cukup baik, maka malamnya rusak, begitu pula sebaliknya apabila dikerjakan malam hari sudah baik, maka esoknya sudah rusak lagi.
Akhirnya Bupati Trenggalek memerintahkan kepada warganya untuk menghentikan pcmbuatan Kedung/DAM tersebut dan menunggu perintah lebih lanjut dari bupati. Demikian dialog antara Bupati dengan warganya :
Bupati :Wahai rakyat Trenggalek, Sudah beberapa hari kalian bekerja keras tanpa pamrih. Mengerjakan Sudatan Air ini, namun hasilnya selalu gagal, untuk itu saya perintahkan, untuk menghentikan 'pekerjaan ini dan saya akan bersemedi untuk meminta petunjuk kepada sang Hyang Widi bagaimana caranya agar pembuatan Sudatan Air/DAM ini bisa segera terwujud.
Dan untuk sementara semua bubar dulu untuk pulang ke rumah masing­ -masing dan saya mengucapkan banyak- banyak terima kasih atas kesediaan dan pengorbanan kalian.
Warga : Sendiko dawuh Gusti Kanjeng Bupati, kami semua
akan istirahat dan menunggu perintah selanjutnya dari Gusti
Kanjeng Bupati. Nyuwun pamit Gusti.........
Bupati : Silahkan istirahat wahai rakyatku ....... dan doakan semoga
semediku,
berhasil
Selang beberapa saat setelah warganya membubarkan diri, dan tempat sekitar calon DAMiSudatan Air sudah sepi sunyi, maka Bupati segera mengambil tempat untuk duduk bersila dan bertapa / bersemedi untuk mengheningkan cipta minta petunjuk kepada Sang Hyang Widi. Dalam semedinya beliau mendapatkan. Ilham / Wangsit dari Tuhan, yang intinya bahwa :
1. Keberhasilan dalam pembuatan Sudatan Air / DAM akan dibantu oleh
seorang Empu dari Majapahit yang bemama MENAK SOPAL.
2. Dalam pembuatan DAM akan menemui hambatan/ gangguan dilakukan
oleh seekor BUAYA PUTIH.
2. Si Buaya Putih siap membantu pembuatan DAM dan tidak akan
mengganggu asalkan diberi sesaji / sajen berupa KEPALA SEEKOR
GAJAH PUTIH.
Beberapa hari setelah semedi, Bupati Trenggalek kedatangan seorang tamu dari Majapahit yaitu MENAK SOPAL, dimana dengan tidak sengaja Menak Sopal mengadakan perjalanan ke Mataram lewat Trenggalek dan saat masyarakat sedang mendapat kesulitan pembuatan Sudatan Air/ DAM, maka Menak Sopal menawarkan. diri untuk itu membantu membuat DAM tersebut ke Bupati Trenggalek.
Dialog antara Bupati, Menak Sopal dan Warga Trenggalek :
Bupati : Selamat datang Menak Sopal .... sugeng rawuh di bumi
Trenggalek, anda datang tepat waktu seperti apa yang telah
diilhamkan oleh Tuhan YME kepada saya dan masyarakat
Trenggalek.
Menak Sopal : Matur nuwun Gusti Kanjeng Bupati, hamba siap membantu
masyarakat Trenggalek dalam rangka pembuatan DAM. Biar
masyarakat Trenggalek tidak kekurangan air dan tidak menderita
lagi
serta tercapainya cita-cita. rakyat Trenggalek, yaitu : Trenggalek
yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo
Warga : Hidup Menak Sopal……! Hidup Gusti Kanjeng Bupati ....! Hidup
Trenggalek ...... !
Bupati : Wahai Menak Sopal dan wargaku masyarakat Trenggalek
yang kucintai karena dalam ilham dari Tuhan YME menyebutkan bahwa yang membuat gangguan dalam pembuatan DAM tersebut adalah seekor Buaya Putih, dan sudah saya temui, si buaya putih tersebut akan saya bunuh, namun dia minta ampun dan siap membantu dalam pembuatan DAM tersebut asal diberi sesaji / sajen Kepala Seekor Gajah Putih ......
Menak Sopal : Hamba sanggup Gusti Kanjeng terns di wilayah mana hamba
bisa menemukan Gajah Putih tersebut ..!
Bupati : Yang memiliki Gajah Putih adalah Mbok Rondo Kerandon di sekitar
wilayah Karangan di Desa Tugu di perbatasan antara Trenggalek –
Ponorogo. Bagaimana Menak Sopal jelas atau tidak keterangan
ini.
Menak- Sopal : Jelas sekali Gusti Kanjeng Bupati namun apa boleh Gajah
Putih tersebut dipinjam untuk dijadikan sesaji/ tumbal.
Bupati : Jelas tidak boleh Menak Sopa; ……., ini semua saya serahkan sepenuhnya sepenuhnya kepada kalian wargaku dengan cara bagaimanapun agar supaya Gajah Putih bisa digunakan untuk tumbal dalam pembuatan DAM
Menak- Sopal : Kalau memang demikian kami semua mohon doa restu
Gusti Kanjeng Bupati, agar kami bisa membawa Gajah Putih
tersebut untuk kami jadikan tumbal dalam pembuatan DAM nanti
Bupati : Saya merestui Menak Sopal…..dan dengan petunjuk
ilham dari Tuhan YME kalian pasti bisa membuat DAM
tersebut bersama masyarakat Trenggalek.
Menak Sopal : Sembah sujud .... Gusti Kanjeng Bupati……
Warga : Kami semua mohon doa restu dalam membantu Gusti Menak
Sopal .... Kanjeng Bupati ..., sembah sujud Kanjeng ......
Bupati : Oh ....... jelas saya merestui semua masyarakatku
semoga Tuhan YME selalu bersama kita semua dan
pembangunan DAM segera terwujud agar masyarakat
Trenggalek bisa hidup sejahtera .... Amiin.
Dan setelah pertemuan itu Bupati kembali ke Pendopo Trenggalek untuk meneruskap pekerjaan yang lain, sedang Menak Sopal bersama beberapa warga Trenggalek mengadakan musyawarah bagaimana caranya agar Gajah Putih bisa dipinjam. Kalau Gajah putih diminta dengan terns terang untuk dijadikan tumbal jelas tidak boleh. Oleh karena itu dengan tipu muslihatnya yang cerdik Menak Sopal menemukan cara dengan alasan meminjam untuk suatu kegiatan/ kirap Gajah di Pendopo Trenggalek. Beberapa warga menyetujuinya dan berangkatlah saat itu juga rombongan Menak Sopal ke rumah Mbok Rondo Kerandon.
Dialog antara Menak Sopal dengan MbokRondo Kerandon
Menak Sopal : Selamat pagi ...... Mbok Rondo Kerandon, perkenalkan saya Menak
Sopal utusan dari Pendopo Trenggalek atas Nama Gusti
Kanjeng Bupati akan pinjam Gajah Putih untuk dipergunakan
acara kirap beberapa hari di alon- alon Trengplek.
Mbok Rondo : Sugeng injing selamat datang di gubug kami Gusti Menak
Sopal,kalau boleh tahu hamba ingin bertanya ada acara apa kok
kirap gajah segala dan berapa lamanya pinjam Gajah Putih
hamba ...
Menak Sopal :Oh itu, Kirap Gajah Putih dalam rangka tasyakuran
pembuatan DAM atau Sudatan Air untuk mengairi sawah-
sawah dan lamanya pinjam selama 7 hari ......
Mbok Rondo : Oh……..kalau demikian boleh- boleh saja, asal jangan sampai lebih
dari 7 hari .... sebab Gajah Putih tersebut akan kami gunakan
untuk acara ruwatan di daerah sini ...
Menak Sopal : Hamba mengerti Mbok Rondo .... untuk itu hamba mengucapkan
banyak- banyak terima kasih atas bantuannya meminjamkan
gajah putihnya.
Mbok Rondo : Hamba juga mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada
Gusti Kanjeng Bupati yang telah memberikan kepercayaan
kepada hamba karena Gajah Putih akan dikirap di alon-alon
Trenggalek ………..
Menak Sopal : Untuk mempersingkat waktu…………Gajah Putih hari ini pula.
Akan segera hamba bawa ke Pendopo Trenggalek…….untuk itu
mohon diikhlaskan biar acara ini lancar.....
Mbok Rondo : Oh iya hamba ikhlas meminjamkan Gajah Putih ini
beserta perlengkapannya tolong dibawa sekalian dan juga
sembah sujud hamba untuk Gusti Kanjeng Bupati …………
Menak Sopal : Iya terimakasih Mbok Rondo akan hamba haturkan ke Yang
Mulia Gusti Kanjeng Bupati ……………
Setelah Gajah Putih yang bernarna BAGONG di tangan Menak Sopal, maka Menak Sopal, dan warga Trenggalek yang mengantarkannya segera mohon pamit kepada Mbok Rondo Kerandon untuk pulang ke Pendopo. Namun kenyataannya Gajah Putih tidak di bawa ke Pendopo tapi langsung di bawa ke lokasi DAM/ Sudatan Air lalu disembelih dan kepalanya dimasukkan ke dalam DAM/ Kedung untuk tumbal/ sesaji si Buaya Putih yang bernama : BAJUL KOWOR, dan badan si Gajah Putih bersama peralatan cemetinya dikuburkan di dekat DAM tersebut dan sampai sekarang DAM tersebut dikeramatkan.
Setelah ritual penyembelihan gajah putih, secara. ghaib DAM/Kedung tersebut bisa dIgunakan untuk menampung air dari sungai dan bisa dialirkan untuk mengairi sawah­sawah yang berada di desa-desa di wilayah kota Trenggalek.
DAM tersebut setelah bisa mengairi air ke sawah-sawah para penduduk akhimya diberi nama DAM BAGONG (sesuai dengan nama gajah putih yang disembelihnya), Bupati, Menak Sopal dan Masyarakat Trenggalek sangat bergembira sekali melihat. masvamkat Trenggalek yang hidup sejahtera tidak kekurangan air dan sangat bangga karena DAM yang diidam-idamkan bisa terwujud atas bantuan Menak Sopal. Namun masalah timbut setelah 7 hari berlalu, yaitu setelah masa waktu kesanggupan mcngembalikan si Gajah Putih kepada. Mbok Rondo Kerandon tiba, maka Mbok Rondo Kerandon mengirimkan 2 orang utusannya untuk minta kembali si Gajah Putih kepunyaannya.
Dialog Mbok Rondo dengan Menak Sopal :
Utusan Mbok Rondo : Wahai Gusti Menak Sopal kedatangan kami berdua kemari atas perintah dan purbo wasesa Mbok Rondo Kerandon untuk mengambil kembali Gajah Putih yang Gusti pinjam selama 7 hari yang lalu ... karena gajah tersebut akan digunakan untuk acara kirab pusaka di Kawedanan oleh Mbok Rondo ..!
Menak Sopal : Prajurit setia Mbok Rondo Kerandon yang tercinta dengan sangat menyesal saya tidak bisa mengembalikan Gajah Putih tersebut, karena Gajah Putih sudah saya sembelih dan kepalanya sudah saya gunakan sebagai sesaii/ tumbal di DAM BAGONG dan anggota badannya saya kuburkan di sekitar DAM
BAGONG atas seijin Gusti Kanjeng Bupati saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Mendengar laporan tadi marahlah 2 orang utusan Mbok Rondo dan terjadilah perkelahian antara Menak Sopal dengan 2 orang utusan tadi, akhimya kemenangan ada di Menak- Sopal (sebab Menak Sopal adalah seorang Empu dan juga Senopati dari
Majapahit), oleh karena itu dengan mudah Menak Sopal mengalahkan kedua orang utusan tadi bahkan telinga kedua orang tadi dipotong oleh Menak Sopal dan kedua orang tadi disuruh pulang menemui Mbok Rondo dengan tangan memegangi kedua telinganya yang telah dipotong oleh Menak Sopal tadi.
Dengan tangan hampa dan menahan sakit kedua orang tadi melaporkan kejadian yang menimpa dirinya kepada Mbok Rondo Kerandon, betapa marahnya Mbok Rondo mendengar dan melihat kedua utusannya diciderai kedua telinganya dan Gajah Putih kesayangannya disembelih oleh Menak Sopal. Maka saat itu pula Mbok Rondo Kerandon memenntahkan rakyatnya untuk menangkap Menak Sopal hidup atau mati. Keadaan/ berita ini terdengar oleh Bupati Trenggalek, maka Menak Sopal disembunyikan oleh Bupati sebab Menak Sopal telah berjasa dalam pembuatan DAM BAGONG tersebut.
Tidak lama kemudian datanglah Mbok Rondo Kerandon dengan seluruh bala tcntaranya untuk minta pertanggungjawaban dan keadilan kepada Bupati. Guna mencegah timbuInya pemberontakan yang hebat dan besar dan juga demi keselamatan Menak Sopal yang telah berjasa itu, maka Bupati menyanggupi untuk menangkap Menak Sopal dan menyerahkannya kepada Mbok Rondo Kerandon dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Dialog antara Bupati dengan Mbok Rondo Kerandon :
Mbok Rondo : Kanjeng Bupati yang Mulia ....., kedatangan hamba
kemari hanya minta keadilan dan pertanggungjawaban
Gusti Menak Sopal, karena Gaiah Putih kami disembelih
oleh beliau dan diiadikan tumbal/ sesaii di DAM
BAGONG…..????
Bupati : Tenang……..tenang dulu Mbok Rondo, saya akan membantu panjenengan .... saya jugs mohon maaf atas nama rakyat Trenggalek atas kekhilafan Menak Sopal, untuk itu. saya sarankan kepada Mbok Rondo ...... untuk pulang dan. mencegat Menak Sopal di perbatasan Tugu dan Ponorogo sebab rencananya Menak Sopal akan pulang ke Mataram, .... jelas Mbok Rondo .... ????
Mbok Rondo : Oh begitu ... kalau ini memang perintah Kanjeng Bupati hamba akan rnelaksanakannya dan akan menunggu/ mencegat di perbatasan dengan balatentara hamba …….!!
Bupati : Terimakasih…….terimakasih ……atas pengertiannya dan
Selamat jalan serta selamat beduang Mbok
Rondo………..Semoga berhasil.
Mbok Rondo : Terimakasih kembali Kanjeng Bupati .......... hamba mohon pamit dan mohon doa restunya agar hamba bisa berhasil menangkap Menak Sopal!
Bupati : Iya…….iya saya. merestui Mbok Rondo .... hati-hati.
Sepeninggal Mbok Rondo Kerandon dari Pendopo Trenggalek, Bupati bisa bernapas lega sebab bisa menyelamatkan Menak Sopal sekaligus bisa mencegah teradinya pemberontakan antara prajurit Kadipaten Trenggalek dan bala tentara Mbok Rondo Kerandon. Padahal hal tersebut di atas hanyalah siasat Bupati agar Menak Sopal bisa selamat. Oleh sang Bupati Menak Sopal diberi pertolongan untuk meneruskan perjalanan pulang ke Mataram, tetapi tidak lewat jalan darat, namun lewat jalan terobosan/ terowongan bawah tanah/ urong-urong yang dibuatkan oleh Ki Bajul Kowor atas perintah Kanjeng Bupati.
Dialog antara Bupati dengan Menak Sopal
Bupati : Wahai Menak Sopal kemarilah ada beberapa hal yang ingin
saya sampaikan kepada engkau.
Menak Sopal : Sendiko dawuh…… Gusti Kanjeng Bupati …..
Kelihatannya ada sesuatu yang penting buat hamba
Bupati : Betut –betul….betul sekali Menak Sopal, ada hal yang sangat
penting dan segera engkau laksanakan.. Saat ini pula kalian harus
meninggalkan Kadipaten Trenggalek, sebab situasi saat ini sangat
gawat sekali karena Mbok Rondo Kerandon sudah menunggu kalian
di perbatasan Tugu – Ponorogo.
Menak Sopal: Terus hamba harus lewat jalan mana Gusti Kanjeng Bupati
Bupati : Kalian harus lewat jalan bawah tanah yang sudah dibuatkan oleh Ki Bajul Kowor atas perintah saya dan lubang pintunya mulai dari tengah- tengah DAM BAGONG di bawah Batu Gajah, jalan itu nanti tembusannya di Ponorogo lewat Sumur Gemuling yang di atasnya ditunggui oleh Mbok Rondo Kerandon.
Menak Sopal: Terimakasih Gusti Kanjeng Bupati ....... hamba telah paduka selamatkan dari kejaran Mbok Rondo Kerandon, hamba mohon maaf seandainya ada kata-kata dan perilaku hamba selama di kadipaten ini kurang berkenan, sekali lagi hamba mohon maaf dan sekalian hamba mohon pamit semoga dalam perjalanan hamba ke Mataram segera sampai dan selamat
Bupati :Terimakasih kembali Menak Sopal kami atas nama
rakyat Trenggalek tidak akan melupakan jasa-jasamu dalam
pembuatan DAM BAGONG yang sangat berguna bagi
masyarakat Trenggalek, dan mengucapkan banyak-banyak
terimakasih atas pengabdianmu selama ini
tanpa pamrih ikut memaiukan rakyat Trenggalek ......
Menak Sopal : Nyuwun pamit ...... Gusti Kanjeng Bupati ..... sembah sujud hamba,
semoga Trenggalek terus maju dan Terang Ing Galih.
Bupati : Sama-sama .....,,dan hati-hati diperjalanan Menak Sopal salam
taklim saya ke Gusti Mataram
Menak Sopa : Nyuwun inggih……. Gusti Kanjeng,…… Mangestoaken dawuh
Nuwunnnnn……………
Dan dengan diantar oleh Bupati serta seluruh masyarakat Trenggalek Menak Sopal meneruskan perjalanan ke Mataram lewat terowongan bawah tanah mulai dari DAM BAGONG di bawah Batu Gajah. Sedangkan Mbok Rondo Kerandon yang menunggu di Tugu – Ponorogo sampai bubuken dan tempat itu diberi nama GUNUNG BUBUK, karena tidak menemukan Menak Sopat sebab Menak Sopal tidak lewat jalan darat melainkan lewat jalan bawah tanah/ terowongan.
Selang beberapa lama setelah Menak Sopal meninggalkan Kadipaten Trenggalek menuju ke Mataram, Mbok Rondo Kerandon wafat karena badannya bubuken (menjadi bubuk, karena terlalu lama menunggu Menak Sopal).
Trenggalek sedikit demi sedikit men adi maju, aman dan sejahtera sampai sekarang berkat pertolongan dari EMPU MENAK SOPAL Senopati dari Kerajaan Majapahit. itu patut kits banggakan bahwa MENAK SOPAL adalah Tokoh Sejarah Babat Kota .
Trenggalek, Joyo-joyo wijayanti ...... Trenggalek Terang Ing Galih……. Trenggalek yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo ....... dan Trenggalek yang BERTEMAN HATI saat ini. Hidup Kota Trenggalek .......... Hidup Pahlawan Menak ………………
Diakhiri/ Diiringi dengan lagu KUTO TRENGGALEK

Susunan Redaksi

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi/Penangggungjawab: Kang Regan S. Wapimred/Redpel: Mbakyu Luluk. Sekretaris Redaksi: Mbakyu Nuri. Bendahara Redaksi: Kang Topo. Dewan Redaksi: Kang Gunarji. Design Grafis/Layout: Mbakyu Sri. Redaktur /Kuntributor Berita : Mbakyu Umi, Lukito, Kristin, Fitria, Kang Sutrisno, Sujarman, Awan, Ridwan Sirkulasi/Iklan: Kang Narso. Transportasi: Mbakyu Tia Alamat Redaksi: Jalan WR. Supratman No. 1, Kelurahan Sumbergedong, Trenggalek (Kode Pos 66315), Jawa Timur. Telepon : (0355) 794466. E-mail Redaksi: pnpm.mpt@gmail.com